Rabu, 14 Desember 2011
Sabtu, 02 April 2011
TAKWIL TATAPAN (2)
Dalam tatap mata Kekasih,
hatiku bagai langit yang memerah jambu menahan malu
namun juga melebam ungu karena hasrat ingin bertemu
kularut teduh pandangan meretas denyar di jantung harapan
asa yang menjelma geletar kelopak lili dihembus angin
merupa embun yang setia menetas di daun-daun
menyingkap rawan hati dalam rayau sinar mentari menciumi bumi
Dalam tatap mata Kekasih,
kulangitkan derap doa serupa mantra para tetua
Cinta menawan jiwa untuk berkhidmat mendekap pedihnya taat
tak terpaling hati, hanya pada Satu Kekasih tanpa sekutu tak sudi dimadu
kurendahkan ranting-ranting hati sepenuh pasrah mengungkai patah
tamarinda rindu pun terasa manisnya
dalam lekat pandang Kekasih yang menahan segala ingin selain padaNya
Dalam tatap mata Kekasih,
Setiap celah nurani terlingkup mesra getar purba
janji sua yang dituliskan sebelum semesta tercipta
tiada setitik cela bisa kusembunyikan
namun diri menjelma sempurna menghamba
dalam Cinta yang memaafkan, Kasih nan menenangkan
Kekasih adalah cahaya yang menitiskan cahaya di setiap kerjapnya.
Selasa, 29 Maret 2011
TAKWIL TATAPAN (1)
secercah ciuman lembut menyapa ini kening
kurebah diri diharibaan hangat imamku
dzikirnya serupa lantunan doa pengantar mimpi indah
seperti lembut hari-hari yang diuntai ritual bersama
tubuh masih mengeja, mengapa tatapnya membuatku
merasa ratna dewi yang bertahta di hatinya
tapi nurani hanya memahami
Sang Indah membuatku tampak kencana dimatanya
duhai pandangan penuh cinta,
saat mata diselubung indah dalam melihat kekasih
nikmat Tuhan mana yang hendak didusta*
dalam pujian sejuta hari aku berlari menyongsongnya
cinta langgeng merona dalam tatapan yang ditahbiskan Cinta.
*kutipan ayat repetitif Q.S. Ar- Rahman
Minggu, 20 Maret 2011
KHAZANAH RINDU
Pada Kekasih yang menabir keindahan dalam tirai senja
aku menitipkan damba seorang pencinta
dalam hembus lembut angin barat
kucium halus aroma doa
wangi, harum semata
siapa aku, engkau
peziarah singgah mencintakan Cinta
atau perenang samudra fana teruai-kuai dalam ombaknya?
di pipi langit yang memerah
kueja baris-baris awan pemantul bias tunggal matahari
hasratku mengembun mendung
lalu meluruh jatuh memeluk bumi
tempat abadi melebur segala mimpi,
melantun puisi pertemuan paling dinanti
Cinta, hatiku hanya memahami
rindu Kekasih melebihi semua rindu
yang pernah ditangiskan hujan pada tanah,
ditembangkan semua ibu pada buah hati,
dicurah Adam pada Hawa di Jabal Rohmah
rindu yang azali hingga nanti, tiada terganti.
Sabtu, 19 Maret 2011
K U T U
Oleh : Wahyu Prabowo
Kau hewan yang sangat kecil
kau hewan yang tidak sopan
setiap hari kau selalu di kepala
makan dan minum kau juga di kepala
kau selalu membuat kepala gatal
kenapa kau tidak mau berpindah tempat?
Penulis adalah siswa kelas VIIIB SMP Darush Sholihin. Tinggal di dusun Toyomerto, sebuah lembah permai di lereng bukit Panderman, Batu, Jawa Timur. Dikenal sebagai siswa kesayangan para guru karena memiliki karakter unik, suka menakuti teman-temannya dengan penampilan dan tindak tutur yang sangar.
Dalam pengulangan kata ‘kau’ yang intens, puisinya bening menurut saya. Masih dalam subyektifitas pemahaman saya, penulis total masuk secara personal dengan penjiwaan penuh terhadap puisi yang ditulisnya.
Melihat, mencermati puisi siswa sendiri ternyata memberi makanan jiwa yang ekstra lezat. Dari sini saya bisa merasakan profesi guru adalah profesi yang romantis. Setiap hari ada berbagai adegan cinta yang bisa direkam dan dituangkan dalam berbagai format karya lisan maupun tertulis. Penulis, dengan tampilan luar yang terbaca keras ternyata memiliki kelembutan rasa yang terpantul dalam karya beningnya. Tentu, estimasi dan interpetasi ini masih subyektif versi saya sebagai guru yang berbagi hari-hari efektif sekolah dengan penulis….. J
Selasa, 15 Maret 2011
B A Y I
Dirahim hatiku bergelung janin mungil mengulum jari
fetus suci selembut cahaya bulan pemantul Matahari
ia bernafas dalam nafas
mereguk sari hidup dalam hidup
kami saling berdiang dalam hangat mimpi
hingga musim meretas jalan membuka bumi
bayiku, bayiku, bayiku…..
hasratku mengibu padamu
semesra hujan merintik daun-daun dewandaru
kularaskan tembang-tembang syukur dan puja
halus kasih yang membelai seribu takdir di bening matamu
bersejiwa kita dalam doa
mari mengeja bait-bait Cinta sepenuh rela.
15032011
Senin, 07 Maret 2011
Matahari tak pernah bertanya
mengapa dia membakar dan dibakar bermilyar masa
bulan juga tak menuntut mengapa dia hanya jadi pemantul cahaya
semua ada di garis edar dalam syukur dan rela
aku? bakarlah mengabu hingga sampai ikhlasku
karena aku hanya mengenal Engkau Tuhanku
dalam segala terik dan gigilku.
Senin, 28 Februari 2011
Tembang Para Pencari
Berkaca di wajah samudera
purnama perak diayun ombak
pendarnya buram dihantam rasa anggur di kepala
dilingkar cahaya bulan
para penempuh hidup, pemeluk takdir, pengantri ajal
mendendang tembang rindu pertemuan
kami para pencari-Mu
terhuyung terantuk mabuk di bibir perahu
setengah sadar kuteriakkan,
karamkan saja bahtera ini
dasar samudera adalah tempat terjaga
meluka dan diluka para kerang mencari mutiara paling cemerlang
seorang pelaut lewat dan menyapa,
“tak usah bangun, dalam mabukmu akan kau temui Dia”
benarkah?
(Tembang Para Pencari, 26022011)
Senin, 21 Februari 2011
Senin, 07 Februari 2011
Catatan Di Suatu Pagi Berhujan Berangin
Siap berangkat sekolah pagi ini,
tapi hujan angin menderu menggebu di luar jendela..
Para siswa yang dikasihi jiwa,
dapat kudengar sorak kalian bersama detak hujan
bukankah menyenangkan jika hari ini tanpa kelas dan pelajaran membosankan,
belajar saja sendiri dari hujan, angin dan jalan basah di luar,
berapa kosakata kalian dapatkan?
Sudah? Silakan masukkan dalam kalimat yang kalian suka.
Ini contohnya:
Ibu memasak hujan.
Bapak membaca angin.
Adik mengeja jalan yang basah.
-sekolah tak pernah pecah
karena hidup itu sendiri
adalah sebuah sebuah sekolah yang tak pernah sudah-
Minggu, 06 Februari 2011
Serenada Kasih Bagi Sahabat Jiwa
Tak terhitung hari kita bersengketa mata dan kata
tak terhitung bulan kita berselisih gagas
telah lewat tahun kita bersulang, beradu paham
dalam labirin ribuan gugus cakrawala
masih juga kau anak ayam berkeciap mengusik heningku
dan aku bambu yang kerap berkeriyut geram oleh polahmu
tiada mentari terbit dan tenggelam tanpa bias merah
entah karena malu atau gusar amarah….
kukutuk, kukutuk kau hidup damai
dari mimpi yang kau bangun dalam sepi
kusumpahi, kusumpahi kau
dalam serapah akhir harimu indah
dikelilingi para hati yang mencintai
kurangkai kutuk sumpah serapahku padamu
dalam senyum yang paling tulus, sahabat jiwaku…..
Tuhan tahu dalam taut erat temali jiwa
kita tak hendak khianat
pada sesama, pada hidup, dan pada takdir yang memeluk kita
kita adalah kita
yang berjalan bernafas di garis edarNya
tekun pada ladang yang harus kita semai
menguntai bulir-bulir hari dengan benang sukacita
penuh syukur, ikhlas dan rela.
Selasa, 01 Februari 2011
Renungan Kecil Sebelum Bel Berbunyi
Senin, 31 Januari 2011
ELEGI MENSTRUASI
ELEGI MENSTRUASI
Oleh Etik Setiawati
Allahku,
sekuntum hatiku teramat rindu merayuMu dalam ruku’ sujud
aku bukan Fatimah dalam langgeng ibadahnya
juga bukan Rabi’ah yang tak takut neraka tak mengidam surga
resahku mendamba dentang lapar puasa
tempat menyesap angkara mengukuhkan rasa
Allahku,
ampuni dangkalku memandang rahmatMu
maafkan jika kusalahkan bulan menghalang pandang,
tirai yang membatas kunjungan hatiku ke rumahMu
ampuni sempit raja’ku memahami kemurahanMu
ampuni jiwa rapuh yang jauh dari syukur padaMu
Allahku,
dalam lemah dan papa tanpa daya
kalbuku menyeru merintih di haribaanMu
dekatkan aku dengan sabar dan setia dalam memuja
tautkan hatiku dengan syukur dan rela dalam bersahaya
karena fitrah aliran sungai merindu muara
dalam jernih dan keruhnya
palung nurani akan berkata
setiap hamba merindu Tuhannya.
Rabu, 26 Januari 2011
Ibadah Cinta Hari Ke-5
Dalam hening
aku dapat mendengar jam berdetak
sangat jelas
dalam hening
aku dapat mendengar nyanyian mimpi
sangat merdu
dalam hening jua
aku dapat mendengar degup rindumu padaku
duhai kekasih jiwa
aku baringkan rindumu
di sisi cintaku yang melembut
aku hadapkan wajahku
dihembusan nafas kasihmu yang halus
dan kita tenggelam
dalam lautan sejuta mesra
yang indahnya aku tulis di mega-mega…
Minggu, 23 Januari 2011
Selasa, 18 Januari 2011
Kokok ayam dini hari adalah puji
Kerlip bintang adalah puja
Tasbih yang terus menggema di segenap semesta
Hatiku bertanya
Apakah yang mengikat kita
Hingga jiwaku masih juga di sisi jiwamu
Berbincang tentangNya, lautNya, tanahNya, langitNya……
Sahabat jiwa yang aku kasihi
Setiap detak jantung adalah permohonan ampun dan ungkapan syukur
Namun jauh di ujung hati aku mendengan denting lagu sendirimu
Aku sapa sepimu dalam alunan kasihNya
Dalam puja tak berkepala
Aku hanya Gopi buta tuli berlentera kerlip hati
Tuhan memberkati setiap tetes darma kita
Setiap nampan persembahanmu pada bunda
Setiap bait sajak persembahanku bagi teman hidup
Setiap langkah yang kita tahbiskan untukNya
Aku bukan tabib penyembuh luka
Juga bukan Narada pencerah jiwa
Aku hanya aku dengan kerdip lentera tua
Yang sepenuh hati aku jaga nyalanya
Semoga bisa menerangi sekilas
Sesudut sepimu…