Senin, 28 Februari 2011

Tembang Para Pencari

Berkaca di wajah samudera

purnama perak diayun ombak

pendarnya buram dihantam rasa anggur di kepala

dilingkar cahaya bulan

para penempuh hidup, pemeluk takdir, pengantri ajal

mendendang tembang rindu pertemuan

kami para pencari-Mu

terhuyung terantuk mabuk di bibir perahu

setengah sadar kuteriakkan,

karamkan saja bahtera ini

dasar samudera adalah tempat terjaga

meluka dan diluka para kerang mencari mutiara paling cemerlang

seorang pelaut lewat dan menyapa,

“tak usah bangun, dalam mabukmu akan kau temui Dia”

benarkah?


(Tembang Para Pencari, 26022011)

Senin, 21 Februari 2011

Adalah engkau

pedih damba tak terengkuh jumpa

kuntum-kuntum doa yang kumekarkan di taman jiwa

palungpalung hatiku hanya mengenal satu kata tentangmu, rindu

di setiap ingatan akan kasih paling jernih,

cinta paling rela

kurendam hangat senyum dan pelukmu, ibu.


(Kepada Kekasih Jiwa, Ibu Suwartini Rijadi)

Senin, 07 Februari 2011

Catatan Di Suatu Pagi Berhujan Berangin

Siap berangkat sekolah pagi ini,
tapi hujan angin menderu menggebu di luar jendela..
Para siswa yang dikasihi jiwa,
dapat kudengar sorak kalian bersama detak hujan
bukankah menyenangkan jika hari ini tanpa kelas dan pelajaran membosankan,
belajar saja sendiri dari hujan, angin dan jalan basah di luar,
berapa kosakata kalian dapatkan?

Sudah? Silakan masukkan dalam kalimat yang kalian suka.

Ini contohnya:
Ibu memasak hujan.
Bapak membaca angin.
Adik mengeja jalan yang basah.

-sekolah tak pernah pecah

karena hidup itu sendiri

adalah sebuah sebuah sekolah yang tak pernah sudah-

Minggu, 06 Februari 2011

Serenada Kasih Bagi Sahabat Jiwa

Tak terhitung hari kita bersengketa mata dan kata

tak terhitung bulan kita berselisih gagas

telah lewat tahun kita bersulang, beradu paham

dalam labirin ribuan gugus cakrawala

masih juga kau anak ayam berkeciap mengusik heningku

dan aku bambu yang kerap berkeriyut geram oleh polahmu

tiada mentari terbit dan tenggelam tanpa bias merah

entah karena malu atau gusar amarah….

kukutuk, kukutuk kau hidup damai

dari mimpi yang kau bangun dalam sepi

kusumpahi, kusumpahi kau

dalam serapah akhir harimu indah

dikelilingi para hati yang mencintai

kurangkai kutuk sumpah serapahku padamu

dalam senyum yang paling tulus, sahabat jiwaku…..

Tuhan tahu dalam taut erat temali jiwa

kita tak hendak khianat

pada sesama, pada hidup, dan pada takdir yang memeluk kita

kita adalah kita

yang berjalan bernafas di garis edarNya

tekun pada ladang yang harus kita semai

menguntai bulir-bulir hari dengan benang sukacita

penuh syukur, ikhlas dan rela.

Selasa, 01 Februari 2011

Renungan Kecil Sebelum Bel Berbunyi

Saat membuat soal-soal ulangan dalam format multiple choices, sempat terpikir bahwa hidup ini tak lebih dari kegiatan memilih. Setiap hari, jam, menit, detik kita menentukan sesuatu berdasar pola hati dan pola pikir yang kita wujudkan dalam pola sikap dan tindak.
Test items atau soal yang dibuat dalam bentuk multiple choices sesungguhnya adalah untuk menyederhanakan jawaban. Dalam hidup terkadang kita dituntut untuk menyederhanakan persoalan agar tidak melebar seperti sering dijumpai pada jawaban-jawaban berbentuk esai. Menyederhanakan tidak linier dengan menggampangkan. Berpikir secara sederhana menurut saya adalah kembali pada prinsip-prinsip dasar yang standar.
Berpikir dan berperilaku atas dasar nilai-nilai cinta kasih, kejujuran, keadilan, dan budi pekerti lainnya. Dalam perjalanannya, penerapan nilai-nilai ini akan menghadapi berbagai benturan dan tantangan karena fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Dan sekali lagi...kita memilih dan terus memilih. Pilihan kembali kepada kita. Bijaklah memilih, sahabat....