setengah sadar kuteriakkan,
karamkan saja bahtera ini
dasar samudera adalah tempat terjaga
meluka dan diluka para kerang mencari mutiara paling cemerlang
Berkaca di wajah samudera
purnama perak diayun ombak
pendarnya buram dihantam rasa anggur di kepala
dilingkar cahaya bulan
para penempuh hidup, pemeluk takdir, pengantri ajal
mendendang tembang rindu pertemuan
kami para pencari-Mu
terhuyung terantuk mabuk di bibir perahu
setengah sadar kuteriakkan,
karamkan saja bahtera ini
dasar samudera adalah tempat terjaga
meluka dan diluka para kerang mencari mutiara paling cemerlang
seorang pelaut lewat dan menyapa,
“tak usah bangun, dalam mabukmu akan kau temui Dia”
benarkah?
(Tembang Para Pencari, 26022011)
Siap berangkat sekolah pagi ini,
tapi hujan angin menderu menggebu di luar jendela..
Para siswa yang dikasihi jiwa,
dapat kudengar sorak kalian bersama detak hujan
bukankah menyenangkan jika hari ini tanpa kelas dan pelajaran membosankan,
belajar saja sendiri dari hujan, angin dan jalan basah di luar,
berapa kosakata kalian dapatkan?
Sudah? Silakan masukkan dalam kalimat yang kalian suka.
Ini contohnya:
Ibu memasak hujan.
Bapak membaca angin.
Adik mengeja jalan yang basah.
-sekolah tak pernah pecah
karena hidup itu sendiri
adalah sebuah sebuah sekolah yang tak pernah sudah-
Tak terhitung hari kita bersengketa mata dan kata
tak terhitung bulan kita berselisih gagas
telah lewat tahun kita bersulang, beradu paham
dalam labirin ribuan gugus cakrawala
masih juga kau anak ayam berkeciap mengusik heningku
dan aku bambu yang kerap berkeriyut geram oleh polahmu
tiada mentari terbit dan tenggelam tanpa bias merah
entah karena malu atau gusar amarah….
kukutuk, kukutuk kau hidup damai
dari mimpi yang kau bangun dalam sepi
kusumpahi, kusumpahi kau
dalam serapah akhir harimu indah
dikelilingi para hati yang mencintai
kurangkai kutuk sumpah serapahku padamu
dalam senyum yang paling tulus, sahabat jiwaku…..
Tuhan tahu dalam taut erat temali jiwa
kita tak hendak khianat
pada sesama, pada hidup, dan pada takdir yang memeluk kita
kita adalah kita
yang berjalan bernafas di garis edarNya
tekun pada ladang yang harus kita semai
menguntai bulir-bulir hari dengan benang sukacita
penuh syukur, ikhlas dan rela.