Minggu, 20 Maret 2011

KHAZANAH RINDU

Pada Kekasih yang menabir keindahan dalam tirai senja

aku menitipkan damba seorang pencinta

dalam hembus lembut angin barat

kucium halus aroma doa

wangi, harum semata

siapa aku, engkau

peziarah singgah mencintakan Cinta

atau perenang samudra fana teruai-kuai dalam ombaknya?

di pipi langit yang memerah

kueja baris-baris awan pemantul bias tunggal matahari

hasratku mengembun mendung

lalu meluruh jatuh memeluk bumi

tempat abadi melebur segala mimpi,

melantun puisi pertemuan paling dinanti

Cinta, hatiku hanya memahami

rindu Kekasih melebihi semua rindu

yang pernah ditangiskan hujan pada tanah,

ditembangkan semua ibu pada buah hati,

dicurah Adam pada Hawa di Jabal Rohmah

rindu yang azali hingga nanti, tiada terganti.

Sabtu, 19 Maret 2011

K U T U

Oleh : Wahyu Prabowo

Kau hewan yang sangat kecil

kau hewan yang tidak sopan

setiap hari kau selalu di kepala

makan dan minum kau juga di kepala

kau selalu membuat kepala gatal

kenapa kau tidak mau berpindah tempat?

Penulis adalah siswa kelas VIIIB SMP Darush Sholihin. Tinggal di dusun Toyomerto, sebuah lembah permai di lereng bukit Panderman, Batu, Jawa Timur. Dikenal sebagai siswa kesayangan para guru karena memiliki karakter unik, suka menakuti teman-temannya dengan penampilan dan tindak tutur yang sangar.

Dalam pengulangan kata ‘kau’ yang intens, puisinya bening menurut saya. Masih dalam subyektifitas pemahaman saya, penulis total masuk secara personal dengan penjiwaan penuh terhadap puisi yang ditulisnya.

Melihat, mencermati puisi siswa sendiri ternyata memberi makanan jiwa yang ekstra lezat. Dari sini saya bisa merasakan profesi guru adalah profesi yang romantis. Setiap hari ada berbagai adegan cinta yang bisa direkam dan dituangkan dalam berbagai format karya lisan maupun tertulis. Penulis, dengan tampilan luar yang terbaca keras ternyata memiliki kelembutan rasa yang terpantul dalam karya beningnya. Tentu, estimasi dan interpetasi ini masih subyektif versi saya sebagai guru yang berbagi hari-hari efektif sekolah dengan penulis….. J

Selasa, 15 Maret 2011

B A Y I

Dirahim hatiku bergelung janin mungil mengulum jari

fetus suci selembut cahaya bulan pemantul Matahari

ia bernafas dalam nafas

mereguk sari hidup dalam hidup

kami saling berdiang dalam hangat mimpi

hingga musim meretas jalan membuka bumi

bayiku, bayiku, bayiku…..

hasratku mengibu padamu

semesra hujan merintik daun-daun dewandaru

kularaskan tembang-tembang syukur dan puja

halus kasih yang membelai seribu takdir di bening matamu

bersejiwa kita dalam doa

mari mengeja bait-bait Cinta sepenuh rela.

15032011

Senin, 07 Maret 2011

Matahari tak pernah bertanya

mengapa dia membakar dan dibakar bermilyar masa

bulan juga tak menuntut mengapa dia hanya jadi pemantul cahaya

semua ada di garis edar dalam syukur dan rela

aku? bakarlah mengabu hingga sampai ikhlasku

karena aku hanya mengenal Engkau Tuhanku

dalam segala terik dan gigilku.

Senin, 28 Februari 2011

Tembang Para Pencari

Berkaca di wajah samudera

purnama perak diayun ombak

pendarnya buram dihantam rasa anggur di kepala

dilingkar cahaya bulan

para penempuh hidup, pemeluk takdir, pengantri ajal

mendendang tembang rindu pertemuan

kami para pencari-Mu

terhuyung terantuk mabuk di bibir perahu

setengah sadar kuteriakkan,

karamkan saja bahtera ini

dasar samudera adalah tempat terjaga

meluka dan diluka para kerang mencari mutiara paling cemerlang

seorang pelaut lewat dan menyapa,

“tak usah bangun, dalam mabukmu akan kau temui Dia”

benarkah?


(Tembang Para Pencari, 26022011)

Senin, 21 Februari 2011

Adalah engkau

pedih damba tak terengkuh jumpa

kuntum-kuntum doa yang kumekarkan di taman jiwa

palungpalung hatiku hanya mengenal satu kata tentangmu, rindu

di setiap ingatan akan kasih paling jernih,

cinta paling rela

kurendam hangat senyum dan pelukmu, ibu.


(Kepada Kekasih Jiwa, Ibu Suwartini Rijadi)

Senin, 07 Februari 2011

Catatan Di Suatu Pagi Berhujan Berangin

Siap berangkat sekolah pagi ini,
tapi hujan angin menderu menggebu di luar jendela..
Para siswa yang dikasihi jiwa,
dapat kudengar sorak kalian bersama detak hujan
bukankah menyenangkan jika hari ini tanpa kelas dan pelajaran membosankan,
belajar saja sendiri dari hujan, angin dan jalan basah di luar,
berapa kosakata kalian dapatkan?

Sudah? Silakan masukkan dalam kalimat yang kalian suka.

Ini contohnya:
Ibu memasak hujan.
Bapak membaca angin.
Adik mengeja jalan yang basah.

-sekolah tak pernah pecah

karena hidup itu sendiri

adalah sebuah sebuah sekolah yang tak pernah sudah-