Selasa, 23 Februari 2010

Di Lab Komputer

Usai kegiatan Pra UN, sebagian panitia masuk ke Lab Komputer hari ini. Sibuk belajar internet. Kemarin belajar penggunaan media seperti LCD dan hari ini mencoba google dan pada asyik jalan-jalan, keliling-keliling di dunia maya. Semua berkhidmat di depan monitor masing-masing. Thanks God, sekolah mungilku baru dapat bantuan tambahan beberapa unit komputer dan LCD. Jadi bisa menikmati juga wajah-wajah para peserta didik yang sumringah dengan pembelajaran menggunakan media baru yang relatif memesona pada pandangan pertama, dan semoga juga untuk seterusnya.
Oh ya, kami juga punya hot spot di lingkungan sekolah yang manis imut-imut ini. Pokoke tambah suwe tambah penak lah. Tinggal bagaimana aku n teman-teman mengeksplore sumber daya yang sudah ada ini jadi makin berdaya dan berguna. Begitu kira-kira...... Sampai ketemu, wis.

Senin, 22 Februari 2010

Ordinary Days

Barusan anak-anak usai ngerjakan soal Pra UN English n seperti biasa aku 'nanggap' impresi mereka tentang soal yang baru saja dikerjakan. Sebagian anak mengatakan test itemsnya lebih sulit dari Try Out 2, tapi sebagian lagi mengatakan sebaliknya. Format soal dalam bentuk paket A n B tu ternyata susah juga menyeragamkan tingkat kesulitannya.
Oh ya, liburan kemarin aku sudah ke Jepara. Ke rumah mbak Emy n Aida, adik manis yang dikapling piyantun lokal n sudah berbuah Rafi serta Fira. Dua makhluk mungil cantik n ganteng tu adalah para keponakan yang lahir di bumi Kartini.
Aku tentu saja gak melewatkan kesempatan ke Jogja, shopping buku serta menikmati kota tua tu di sore dan malam hari bareng mamas, mbak Emy n putrinya, Arinal. Sebelumnya kami masih sempat meresapkan ketenangan keraton Solo dengan segala keanggunan yang menyertai setiap sudut dan pernik-pernik di dalamnya. Aku terkesan pada Joli Jempono, kereta yang digunakan untuk mengangkut putri Solo atau mempelai putri. Sebelumnya lagi kami sempat mampir menikmati Sambel Tumpang di Boyolali.

Senin, 01 Februari 2010

TPR, Alternatif Asyik Pembelajaran Bahasa Inggris

A. PENGANTAR
Terdapat berbagai metode yang dapat dikembangkan guru Bahasa Inggris
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa siswanya baik pada aspek lisan maupun tulis seperti jigsaw, numbered head together, three-minute review dsb. TPR adalah salah satu diantaranya. TPR, yang merupakan singkatan dari Total Physical Response diciptakan oleh Dr. James Asher.Ini didasarkan pada cara kanak-kanak mempelajari bahasa ibu mereka.
Ada sebuah premis yang menyatakan bahwa otak manusia mempunyai suatu program biologis untuk menguasai bahasa apa pun di bumi ini, termasuk bahasa isyarat pada orang tuli. Proses ini bisa dilihat ketika kita mengamati bagaimana kanak-kanak menginternalisasi bahasa pertama mereka. Meskipun anak itu belum bisa bicara, dia mencetak suatu peta linguistik bagaimana bahasa itu bekerja. Secara diam-diam, kanak-kanak tersebut menghayati pola dan suara dari bahasa target. Ketika anak tersebut telah cukup dalam membaca bahasa isyarat pada bahasa target, proses bicara muncul secara spontan pada anak tersebut. Cara bicara sang anak tidak akan sempurna, tetapi secara bertahap ungkapan-ungkapan kanak-kanak tersebut akan semakin mendekati bahasa target.
Asher menangkap fenomena ini dan mengembangkannya ke dalam pembelajaran bahasa. Menurut pendapat Asher, guru bertindak sebagai sutradara pada suatu panggung drama dan siswa-siswa adalah para aktor dan aktrisnya. Guru memutuskan materi apha yang akan dipelajari dan para siswa akan menjalani dan menampilkan materi tersebut.
Richard J. juga mendefinisikan dalam bukunya Approaches and Methods Language Teaching : “TPR adalah suatu metode pengajaran bahasa yang didasarkan koordinasi cara berbicara dan tindakan, ini adalah usaha mengajar bahasa melalui kegiatan fisik”. Jadi, metode ini melibatkan perintah, berbicara, tindakan dan kegiatan fisik.


B. PENGGUNAAN TPR
Total Physical Response dapat digunakan untuk mengajar dan mempraktekkan banyak hal seperti : (a) Kosakata yang berhubungan dengan tindakan, (b) Aspek-aspek pada tenses, (c) Bahasa dalam ruang kelas, (d) Kalimat perintah, serta (e) Bercerita. Pada dasarnya ini bisa diadaptasikan pada berbagai jenis situasi pembelajaran. Kita hanya membutuhkan imajinasi kita, bahkan siswa dapat dipancing untuk berimajinasi misalnya pada fase Join Construction siswa bisa meminta teman satu kelompoknya untuk melakukan sesuatu. Hal yang yang ganjil bisa saja diminta oleh siswa kepada temannya, seperti : Eat your thumb!, Eat the pencil!, Kiss your knee!, dsb. Kelas otomatis akan menjadi agak gaduh karena TPR memang melibatkan aktivitas lisan dan fisik.

C. MANFAAT TPR
Sebagai suatu alternatif dalam pendekatan pembelajaran, kita bisa mengenali manfaat-manfaat TPR sebagai berikut : (1) metode ini menyenangkan, siswa menikmatinya dan ini bisa menjadi penggerak suasana kelas, (2) mudah diingat dan dapat menolong siswa mengingat frase dan kata, (3) memungkinkan perkembangan belajar maksimal untuk siswa tipe kinestetik yang perlu aktif dalam kelas, (4) dapat digunakan dalam kelas kecil maupun besar, tidak menjadi masalah seberapa banyak siswa yang kita miliki sepanjang guru memiliki persiapan matang, siswa akan mengikuti, (5) metode ini berjalan baik dalam kelas dengan kemampuan siswa yang heterogen, gerakan-gerakan fisik bertemu dengan artinya secara lisan sehingga seluruh siswa mampu memahami dan menggunakan bahasa target, (6) tidak menuntut banyak persiapan materi, selama kita jelas dengan apa yang ingin dipraktekkan tidak akan memakan waktu lama untuk siap, (7) TPR sangat efektif digunakan untuk siswa di kelas-kelas pemula, dan (8) metode ini melibatkan otak kanan dan kiri secara berkesinambungan.

D. REFLEKSI
Sebagian kecil siswa di kelas penulis pertama kali menganggap metode ini menggelikan dan kekanakan, tetapi bila guru mampu menunjukkan urgensi metode ini terutama dalam meningkatkan penguasaan kosakata, siswa akan larut dengan sendirinya pada keasyikan belajar sambil bermain. Sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran Bahasa Inggris, TPR benar-benar sesuai diterapkan pada kelas pemula. Tentu kita tidak dapat mengajarkan semua materi dengan metode ini saja, TPR bisa berhasil dan menjadi penggerak dinamika suasana kelas bila kita menggabungkannya dengan metode dan teknik pembelajaran yang lain.
Sekedar sebuah refleksi, TPR memiliki posibilitas tinggi untuk diintrodusir pada kelas bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, bahkan TPR bisa sebagai alternatif untuk memperkenalkan kosa kata Bahasa Jawa terutama strata Kromo Inggil yang notabene masih belum familiar bagi siswa.


SUMBER :
Asher, James. 2007; “Babies don’t learn by memorizing a list, why should children or adults?”; a lecture at Cambridge University, England.
BBC World Service, Bush House, Strand, London WC2B 4PH, UK.
Frost, Richard. 2007; Total Physical Response-TPR, British Council, Turkey.